Setelah bergulat dengan bidang studi masing masing, memahami bahasan bidang studi lain mungkin dapat memperkaya cakrawala berpikir kita sehingga kita menjadi lebih bijak, terbuka dan dinamis. Kali ini, PPIG bertepatan tahun akademik baru untuk mahasiswa baru, kembali menghadirkan diskusi ilmiah dengan tajuk Indonesian Science Cafe. Pada tanggal 26 Agustus 2015 di Harmony Building, hadir tiga pembicara dari Faculty of Art yaitu:
1. Clara Anita Utami, mahasiswa program S2 applied linguistic yang baru menyelesaikan studi dengan predikat cumlaude, dengan topik “Finding Harmony in Chaos: The dynamics of bilingual lexical processing.” Topik tersebut merupakan tesis yang telah memenuhi persyaratan akademis untuk diterbitkan sebagai sebuah publikasi.
2. Vera Damayanti, PhD Candidate pada Faculty of Art, RUGdengan topik Integrating the biography of landscape into landscape planning. Topik tersebut adalah materi disertasi pembicara selama studi di Groningen.
3. K. Kuswanto, PhD Candidate di Faculty of Art,dengan topik Decentralization, FDI and Development in Indonesia. Topik tersebut merupakan paper yang akan masuk sebagai salah satu Chapter pada buka Decentralization and Governance in Indonesia yang akan diterbitkan oleh Springer pada tahun ini.
Bahasan yang sangat menarik dan up to date yang akan kita rangkum sebagai berikut:
Pemaparan Anita secara general adalah untuk membuktikan bagaimana cara otak manusia bekerja dalam studi bahasa asing. Ada dua jenis cara kerja manusia yaitu statis seperti komputer atau dinamis seperti air sungai mengalir. Dengan menggunakan experiment terhadap 4 orang yang bisa dua bahasa, experiment menunjukkan bahwa dalam belajar “bahasa asing” peran otak saja tidak cukup, harus ditambah peran emosi agar lebih efektif. Secara umum dapat dikatakan bahwa cara kerja otak manusia adalah mengikuti model air sungai mengalir yang dinamis dan berubah ubah kadang chaotic dan terkadang well structured.
Kemudian Vera Damayanti memaparkan projectnya tentang biography landscape di Banjarmasin. Dalam pemaparannya, Vera menampilkan perubahan landscape banjarmasin dari masa ke masa, dari periode 1400an, periode kesultanan, periode kolonial, pasca kemerdekaan hingga terkini. Studi ini merupakan yang pertama dilakukan oleh orang Indonesia di Banjarmasin, namun telah dilakukan beberapa kali oleh orang Belanda. Dengan menggunakan secondary data yang diperoleh dari arsip kuno yang tersimpan di perpustakaan Leiden dan digabung dengan beberapa primary data, Vera membangun biography landscape untuk melihat pola perubahan sosial dan perubahan dalam landscape di kota Banjarmasin. Sebuah pemaparan yang menarik dan dapat berkontribusi pada pendekatan pembangunan perkotaan yang berwawasan perairan.
Yang terakhir, Kuswanto memaparkan projectnya tentang kebijakan investasi asing langsung dan penerapannya di Indonesia dilihat dari konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dengan membandingkan framework kebijakan investasi asing untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan yang di bangun oleh World Bank, Kuswanto melakukan assessment terhadap kebijakan investasi sejak tahun 1967 – 2014. Secara umum Kuswanto mendapatkan kesimpulan sementara bahwa secara konsep, konsep pembangunan berkelanjutan mendapatkan perhatian serius sejak tahun 1999, namun masih dalam taraf normatif kebijakan. Banyak hal dalam implementasi yang bertolak belakang dengan kebijakan itu sendiri. Salah satu tantangan utama dalam implementasi kebijakan tersebut adalah adanya perubahan hubungan pusat dan daerah dari sentralistis ke desentralistis yang meningkatkan disharmoni dan ketidak menentuan situasi yang berpengaruh pada iklim investasi dan efektivitas kebijakan investasi langsung.
Kegiatan ditutup dengan adanya sosialisasi pemilihan umum PPIG yang dilakukan oleh Ketua KPU 2015, Hegar Pramastya. Kali ini, KPU telah menjaring tiga nama yang memenuhi treshold dan hanya 2 calon yang mengembalikan formulir kesediaan menjadi ketua PPIG periode 2015/2016.
Jaya lah PPIG, Jayalah Pelajar Indonesia, Jayalah Indonesia!
Groningen, 31 Agustus 2015