Dari : Perhimpunan Pelajar Indonesia di Groningen (PPI Groningen) Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin di Belanda (IKA Unhas Belanda).
Rendahnya kolaborasi antara Perguruan Tinggi dan pemangku kepentingan lain menjadi penyebab utama terhambatnya kemajuan sektor penelitian dan pengembangan (Litbang) di Indonesia. Permasalahan ini terjadi bukan hanya di level nasional, tetapi juga di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota. Hal tersebut dibahas pada acara Indonesia Science Café (ISC) yang diselenggarakan Mingu, 2 April 2017 oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Groningen (PPI Groningen) bekerjasama dengan Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) Belanda. Acara yang mengangkat tema “Sinergitas Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah: Peluang dan Tantangan” tersebut didukung penuh oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, H.E. Mr. I Gusti Agung Wesaka Puja serta Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Den Haag, Prof. DR. Bambang Hari Wibisono. Dua narasumber yang hadir, yaitu Bupati Kabupaten Bantaeng, Prof. DR. Nurdin Abdullah dan Ketua Dewan Riset Nasional Sulawesi Selatan, Prof. DR. Muhammad Wasir Thalib, berhasil memantik diskusi yang hangat dan cerdas bagi sekitar 70 mahasiswa dan diaspora Indonesia yang berada di Belanda.
Acara dimulai dengan pembukaan oleh Koordinator Divisi Kajian Strategis dan Ilmiah PPI Groningen, Titisari Rumbogo. Mahasiswa program doktoral di bidang Ekonomi Geografi University of Groningen tersebut memaparkan bahwa kegiatan ISC merupakan bagian dari serial diskusi yang dilakukan oleh PPI Groningen yang telah dimulai sejak November 2016. Diskusi ini diharapkan menjadi bentuk kontribusi nyata dari mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Belanda untuk dapat mengatasi masalah human resource dan development di Indonesia. Selanjutnya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, H.E. Mr. I Gusti Agung Wesaka Puja, memberikan sambutannya dengan menyoroti posisi index competitiveness Indonesia yang kini sedang ada di posisi 41 di dunia. Beliau berharap pembangunan bangsa dapat dipacu lebih cepat dengan cara memperkuat sinergi quadruple helix, antara perguruan tinggi, pemerintah, industri dan masyarakat sipil.
Pada sesi selanjutnya, Ketua PPI Groningen, Amak Muhamad Yaqoub, menyampaikan hasil kajian yang telah dilakukan oleh PPI Groningen dalam kurun waktu 8 bulan terakhir. Menurut mahasiswa doktoral di Fakultas Ekonomi dan Bisnis University of Groningen ini, acara ISC merupakan satu bagian triangulasi yang penting bagi keseluruhan proses penyusunan naskah rekomendasi terkait pendidikan tinggi. ”Dengan 300 anggota, dimana sekitar 50 persen di antaranya sedang menempuh pendidikan doktoral, PPI Groningen berharap bisa memberikan sumbangsih kepada bangsa melalui analisis kebijakan,” ujar peneliti bidang Manajemen Operasi dan Rantai Pasok tersebut.
Beberapa poin rekomendasi yang diusulkan oleh PPI Groningen dalam rangka penguatan iklim penelitian di Indonesia antara lain perlunya penguatan kolaborasi antar pemangku kepentingan dan penguatan sisem integritas keilmuan (scientific integrity). ”Pengukuran kinerja luaran penelitian berupa publikasi pada jurnal ilmiah atau hak paten memang penting. Tetapi pemerintah juga perlu menetapkan target kinerja berupa outcome dan impact dari penelitian. Misalnya, seberapa besar paten dan publikasi ilmiah yang dihasilkan bisa digunakan oleh industry dan pemerintah daerah dalam berinovasi,” katanya. Penetapan target kinerja yang mencerminkan kolaborasi antar sektor secara langsung akan memupuk kerjasama lintas kepentingan.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi panel dari para narasumber. Terdapat banyak hal menarik yang terdigali dari diskusi yang dipandu oleh Presdium PPI Belanda dari Groningen yang sekaligus anggota IKA Unhas Belanda, Muhammad Akbar Bahar. Materi pertama disampaikan oleh ketua dewan riset Sulawesi Selatan. Prof. Wasir Thalib menggaris bawahi, selain permasalahan rendahnya anggaran untuk penelitian, peranan Dewan Riset Nasional maupun Dewan Riset Daerah sering termarginalkan oleh kepentingan politis dari para pendukung para pemimpin daerah terpilih. Kecenderungannya, lanjutnya, pemerintah daerah lebih mendengarkan saran tim sukses yang belum tentu memiliki kapasitas yang mencukupi dalam analisis kebijakan, daripada sarang-saran para peneliti di perguruan tinggi. Hal ini tidak terlepas dari pemenuhan janji-janji politik selama kampanye. Untuk memutus mata rantai yang sangat tidak baik bagi kemajuan bidang Litbang maupun pembangunan tersebut, diperlukan sosok kepala daerah yang memiliki komitmen besar terhadap pembangunan daerahnya.
Sebagai salah satu contoh Kepala Daerah yang mampu mensinergikan bidang Litbang dalam pembangunan daerah, Bupati Bantaeng, Prof. Nurdin Abdullah membenarkan apa yang disampaikan Prof. Wasir Thalib. Menurut Bupati yang pernah mendapatkan penghargaan Ganesa Praja Manggala Adiutama dari Institut Teknologi Bandung untuk kontribusi di bidang pendidikan ini, salah satu kunci kesuksesan pembangunan di Bantaeng adalah kerjasama dan pelibatan aktif Universitas Hasanuddin dalam proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi pembangunan. Salah satu contohnya adalah sinergi untuk menyelesaikan permasalahan kurang tersedianya infrasuktur untuk mengembangkan kapasitas dan kualitas masyarakat, serta buruknya sistem birokrasi daerah. Dari kerjasama ini, pemerintah mengupayakan pemanfaatan potensi daerah berdasarkan kondisi geografis. Selain itu, birokrasi yang dipimpinnya juga berupaya untuk membenahi sistem pemerintahan dan memaksimalkan kinerja tenaga ahli yang sesuai dengan bidangnya untuk mengatasi permasalahan makro dan mikro. Hasil kerjasama ini terlihat dari menurunnya angka pengangguran, meningkatnya produktivitas masyarakat dan berkurangnya angka kematian. Catatan penting dari beliau adalah pemerintah daerah perlu untuk terus menggandeng universitas untuk melakukan riset terkait dengan isu-isu yang ada di daerah. ”Kami sangat senang dan terbuka jika ada peneliti yang ingin memberikan sumbangsih untuk pembangunan daerah,” sambungnya.
Rekomendasi penting yang juga disepakati pada acara diskusi tersebut adalah pentingnya untuk menumbuhkan kepercayaan antar-sektor di dalam konstelasi quadruple helix. ”Kepercayaan bisa tumbuh jika ada komunikasi yang intensif antar pemangku kepentingan, serta adanya pengakuan atas kapabilitas pihak lain. Menumbuhkan kepercayaan antar sector inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua,” ujar Amak Muhamad Yaqoub, Ketua PPI Groningen. Selain itu, Bupati Bantaeng juga sepakat bahwa depolitisasi birokrasi juga sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan peranan akademisi dalam pembangunan daerah. Acara kemudian diakhiri dengan penyerahan penghargaan dan kenang-kenangan kepada narasumber dan sesi foto bersama.