Kali ini divisi wisata PPI Groningen mengadakan kegiatan Napak Tilas VOC di Amsterdam yang diikuti oleh 31 peserta. Tur ini dipandu langsung oleh Ibu Hasti Tarekat dari Indonesian Heritage Trust.
Sabtu pagi yang cerah dan hangat, 8 Maret 2014, peserta tur berkumpul di Groningen Centraal Station. Choerudin, selaku ketua panitia kegiatan, memimpin rombongan dari Groningen menuju Amsterdam Centraal. Setibanya ditujuan, peserta tur disambut langsung oleh Ibu Hasti. Beliau mengutarakan apresiasi terhadap keinginan para peserta untuk mengikuti tur Napak Tilas VOC tersebut. Menurut beliau, belum banyak komunitas masyarakat Indonesia di Belanda, khususnya kaum muda, yang tertarik dengan kegiatan serupa.
Napak tilas dimulai dengan mengunjungi Amsterdam Bibliotek. Di gedung perpustakaan yang sangat indah ini, peserta tur diperkenalkan dengan sejarah perkembangan VOC dan fakta menarik tentang usaha perluasan daratan di negeri Belanda sendiri. Tidak hanya itu, peserta juga disuguhi dengan pemandangan bangunan-bangunan tua yang konon sudah berdiri sejak jaman perkembangan VOC itu sendiri. Sayangnya, pintu balkon perpustakaan yang berada di lantai 7 tersebut masih terkunci dan baru akan dibuka setelah musim dingin usai.
Sedikit gambaran tentang presentasi ini, Ibu Hasti menjelaskan tentang perkembangan VOC di Belanda; mulai dari awal terbentuknya organisasi perdagangan ini, masa kejayaan yang pernah diraih, sampai dengan keruntuhan VOC itu sendiri. Pada akhirnya, kongsi dagang ini diambil alih oleh pemerintah Belanda dan bermetamorfosis menjadi NHA yang merupakan cikal bakal terbentuknya ABN AMRO.
Tur dilanjutkan dengan mengunjungi Museum Martim. Di museum ini, terdapat replika dari kapal VOC. Kapal tersebut merupakan salah satu kapal yang pertama kali bersandar di Indonesia. Namun, dalam perjalanan kembali ke Eropa, kapal tersebut merupakan satu-satunya kapal yang hilang di tengah lautan. Untuk mengenang hilangnya kapal tersebut, pemerintah Belanda, di bawah perintah J.P. Coen merekonstruksi kembali kapal tersebut.
Setelah puas menelusuri setiap detil dari kapal tersebut, peserta kemudian menyusuri jalan dimana gudang-gudang penyimpanan barang milik VOC masih kokoh berdiri. Namun, saat ini, gudang-gudang tersebut terlah berubah fungsi menjadi tempat tinggal. Uniknya, di salah satu sudut jalan terpampang nama jalan, “Peperstraat” yang ternyata merupakan jalan menuju gudang rempah-rempah, khususnya merica, yang diperoleh VOC dari Indonesia. Selain gudang-gudang bersejarah tersebut, masih banyak lagi fakta-fakta dan bukti-bukti sejarah yang diperoleh peserta tur di “inner city” Amsterdam, antara lain: kantor VOC pertama (saat ini menjadi bagian dari University of Amsterdam), Menara Menangis (tempat berpisah para tentara VOC dengan istri/keluarga), Patung J.P. Coen (Gubernur Jenderal yang paling terkenal dalam sejarah, termasuk sejarah Indonesia), rumah Multatuli, dan masih banyak lagi.
Meskipun terdapat beberapa kendala teknis, seperti terpisahnya beberapa peserta dari rombongan, secara umum kegiatan tur kali ini terbilang cukup menarik karena cukup berbeda dengan kegiatan tur yang pernah dialami kebanyakn peserta. Sdri. Eva, misalnya, mengemukakan kepuasannya terhadap acara tersebut, “…mengunjungi destinasi tur VOC dengan mengetahui the story behind membuat perjalanan saya kali ini lebih valuable”. Rismauli, peserta lainnya, mengungkapkan perihal serupa, “...senang akhirnya bisa ikut napak tilas VOC, mengingatkan pelajaran sejarah yang pernah diperoleh waktu SD, dan kini dengan potret yang begitu nyata”.
Tur VOC ini kemudian berakhir di Gedung Arsip Nasional Belanda sekitar pukul 5 sore. Setelah saling mengucap salam perpisahan, para peserta bersiap kembali pulang ke Groningen.
Terima kasih kepada teman-teman peserta, semoga lelahnya kaki setelah menempuh napak tilas kali ini terbayar dengan pengalaman seru dan pengetahuan yang bermanfaat.
Salam wisata!