Perjalanan di awali pada pukul 09.15 dan diakhiri pukul 15.10, agak telat awalnya dari yang dijadwalkan karena ada sedikit masalah teknis dan juga acara briefing dan doa bersama. Seluruh pesertanya sendiri sudah datang sebelum pukul 09.00 (I really appreciate this, thanks to all participants). Rute yang diambil adalah Groningen (BB) – Adorp – Sauwerd – Winsum – Eenrum – Pieterburen – Baflo – Winsum – Sauwerd – Adorp – Groningen (BB). Total jarak tempuh adalah 49 km dan laju rata-rata 12,25 km/jam. Dengan asumsi berat badan 70 kg, energi terpakai adalah 1120 kkal, yang ekivalen dengan 120 gram lemak (Hernowo, 2010).
Meskipun diperkirakan tidak ada acara kesasar, sempat dua kali kita bingung dengan jalan. Untung di masing-masing kesempatan ada warga lokal yang membantu. Waktu di Winsum, kita diabai-abai seorang oma yang sedang menemani jalan-jalan anjingnya, kalau jalan yang kita pilih salah karena itu jalan ke kompleks pabrik. Sewaktu menjelang Eenrum, ada sepasang oma-opa yang tanpa diminta, datang membantu saya yang membaca peta. Walau masing-masing tidak bisa berkomunikasi secara verbal, dengan kode-kode dan afeksi, akhirnya ditemukan jalan yang benar. Dua insiden ini dan juga kesempatan saling ber-hoi-hoi dengan sebuah kapal keluarga Belanda di sepanjang sebuah kanal, sungguh pengalaman-pengalaman yang dapat memperkaya batiniah.
Pemandangan menarik dijumpai di desa Eenrum. Ternyata benar apa yang ditulis di website, pusat desa Eenrum cukup unik. Sekilas mirip desa-desa di Jerman. Dan pastinya pas kita lewat, sepi sekali jalan-jalannya seperti kota hantu sampai Lia merinding…hehe. Tapi kita kemudian sadar, mungkin semua orang sedang kebaktian di gereja. Oya, kita lewat Museum Mustard di Eenrum yang dilengkapi dengan sebuah restoran/cafe yang menarik. Sempat sepakat untuk mampir pulangnya, tapi jadinya batal karena pulangnya diputuskan muter lewat Baflo yang lebih jauh. Konon biar lebih besar pahalanya (????, 2010; quote siapa yah ini, saya lupa)
Kunjungan ke SRRC-nya sendiri juga merupakan pengalaman yang berharga. Selain dihibur oleh wajah-wajah imut serta tingkah laku menggemaskan Vera, Piet, Hans, dan kawan-kawan, kami juga mendapat pengetahuan dan kesadaran melalui foto-foto dan sebuah film pendek tentang bahaya kegiatan manusia terhadap ekosistem, khususnya kehidupan anjing laut di laut utara Belanda. Hati saya sempat miris melihat monumen (seni) yang berupa tumpukan jaring-jaring yang menyangkut ke (bayi) anjing laut yang tidak bisa mereka lepaskan (kebayang kan tangan anjing laut seperti apa) sampai mereka beranjak dewasa. Tumpukan itu tingginya lebih dari 3 meter dan mencakup luasan lebih dari 5 meter persegi. Di sekitar monumean terdapat foto-foto kondisi anjing-anjing laut yang ditemukan beserta jaringnya. Sedih sekali melihatnya. Tapi setidaknya hal ini dapat menambah kesadaran kepada kita untuk berhati-hati dan tidak bersikap ignorance/selfish terhadap lingkungan sekitar kita.
Di Pieterburen rombongan ISC 2 sempat ketemu dengan rombongan Pak Adhi yang sepedanya rodanya empat, dan kita sempat piknik bersama makan bekal masing-masing, termasuk sebungkus jipang (orang Jatim pasti tahu ini makanan apa) made in China, di atas tanggul sambil menonton polah tingkah menggemaskan balita (orang) Belanda di pinggir kolam.
Perjalanan pulang sedikit penuh perjuangan, karena selain rutenya jauh dan kondisi mulai capek, ada beberapa sepeda yang kurang fit atau setelannya kurang pas. Karena dari itu, (pesan sponsor): untuk kegiatan berikutnya, please dicek dan tune baik-baik sepedanya. Biasanya Pak Adji dengan sukarela mau membantu. Dan beliau ini profesional sekali loh dalam hal urusan sepeda (riset juga sudah barang tentu….).
Akhirnya dengan hampir tanpa nonstop dari jam 13.15, kecuali sesi foto pose wajib di atas jembatan di daerah Winsum, kami sampai kembali di belakang BB pukul 15.10. Walau tampak sebagian capek dan sudah ada yang gak sabar saling pijat, kita sempat mengobrol-ngobrol sebentar mengomentari perjalanan yang sangat berkesan barusan. Bahkan beberapa sudah gak sabar dan menantang untuk minggu depan langsung tancap ke Schiermonnikoog yang 50% lebih jauh dari rute kemarin. Bagaimana? Siap ke Schiermonnikoog, allemaal???
ISC (Indonesian Summer Cycling Groningen) adalah kegiatan rekreasi bersepeda di propinsi Groningen. Artikel ini adalah seri kedua.
Titah Yudhistira
Foto: Iswandi Basri