artikel tentang kehidupan di Belanda

Diskusi 17 Agustus 2010

G una menyambut HUT ke-65 kemerdekaan Indonesia, sekitar 80 mahasiswa Indonesia di Kota Groningen dan para diplomat dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kerajaan Belanda menghadiri diskusi mengenai nasionalisme dan kemerdekaan, Selasa (17/8) waktu setempat. Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda Junus Effendi Habibie dalam sambutannya menggarisbawahi pentingnya nasionalisme dan peran kaum terpelajar untuk…

Pertarungan di Utara Belanda, Terbesar di Eropa Barat

Seraya menggendong tas penuh berisi peralatan olahraga dan pakaian secukupnya, Darsono dan 16 pemuda lainnya bertolak dari Stasiun Eindhoven, Belanda. Suhu 13 derajat celsius pada pukul 7 pagi, tidak menyurutkan langkah mereka menuju Groningen, sebuah kota di utara Belanda sejauh 3 jam perjalanan menumpang kereta dari Eindhoven. Darsono dan rekan-rekannya merupakan mahasiswa Universitas Teknik Eindhoven.…

Komunitas Mahasiswa Indonesia Peringati Pengesahan Batik oleh UNESCO

Nyaris sebanyak 80 mahasiswa Indonesia di Groningen, Belanda, memperingati pengesahan Batik oleh Badan PBB untuk Pendidikan, Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) sebagai warisan budaya (cultural heritage) Indonesia, pada 2 Oktober. Para mahasiswa yang terdiri dari berbagai strata dan jurusan di University of Groningen dan Hanze University Groningen itu memulai acara di depan gedung rektorat University of…

Siaran Pers PPI Belanda

Menyikapi Perjalanan Dinas DPRD Jawa Timur Ke Belanda untuk Menentukan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur

PPI Belanda kembali menyatakan kerisauan dan keprihatinan atas perjalanan dinas anggota Komisi A DPRD Jawa Timur ke Belanda untuk meneliti Hari Jadi Provinsi Jawa Timur. Penentuan hari jadi ini telah tertuang dalam RAPERDA.

Pada hari Senin, 9 Juli 2007, sekitar pukul 14.00 waktu setempat, rombongan Komisi A DPRD Jawa Timur tiba di Institut Belanda untuk Studi Asia Tenggara dan Karibia (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde/KITLV), Leiden. Pertemuan rombongan dengan pihak KITLV difasilitasi oleh Harry A. Poeze, direktur penerbitan KITLV. Ketika menerima rombongan, Harry sudah siap dengan arsip-arsip yang menyatakan reorganisasi Pemerintah Hindia Belanda termasuk Provinsi Jawa Timur. Meskipun begitu, beliau juga menambahkan bahwa agak sulit untuk mengumpulkan data secara komprehensif apabila pihak KITLV baru diberitahu 1 jam sebelum kedatangan rombongan. Setelah terjadi diskusi antara Harry Poeze dengan rombongan, KITLV berjanji untuk mengirimkan bahan tambahan.

For your own good: Ulasan film Singapura “I not stupid”

Film ini bercerita tentang tiga anak berumur sekitar 10 tahun dalam sebuah sekolah single-sex di Singapura. Ceritanya dikemas dengan cerdas: alurnya logis dan kocak, pesannya padat dan bermutu. Ga heran dia bisa menang beberapa kategori dalam Festival Film Internasional. Berikut ini komentar saya terhadap film “I not stupid”. Silakan ditambahkan atau dikurangi kalau ada yang punya pendapat lain ya.

Setiap anak unik karena setiap keluarga juga unik
Tiga sahabat yang jadi tokoh film tersebut punya karakter yang unik, sangat erat kaitannya dengan latar belakang keluarganya. Boon Hock yang bukan hanya paling “pintar” tapi juga cool datang dari keluarga sederhana yang jualan makanan. Sehari-harinya dia dibiasakan bekerja di warung orang tuanya dan mengasuh adiknya. Walhasil, sifatnya juga satria (ga bergitar) dan cerdas secara intelektual dan emosi (angkanya 92/100). Terry datang dari keluarga super kaya, kecerdasan intelektualnya rata-rata (65/100). Terry adalah sosok anak yang super patuh dan selalu dikuliahi ibunya untuk tidak ikut campur .. “it’s not your business”. Walhasil, menjelmalah Terry menjadi anak pengecut dan cengeng. Kok Pin, dialah yang “stupid” dalam ukuran mainstream pendidikan Singapura. Angkanya yang selalu rendah bikin ibunya merasa tergelitik untuk ikut saran teman sekantornya: “rotan bisa mendongkrak kemampuan anak2”. Begitulah, Kok Pien akhirnya harus dipecut ibunya, itupun tetap tidak membantunya (nilainya 51/100). Ini karena bakat Kok Pien bukan pada ilmu mainstream (Bahasa Inggeris, Matematika, Science) tetapi justru karena bakatnya sebenarnya pada bidang seni yaitu melukis. Keluarga Kok Pien adalah middle class Singapura yang harus berjuang untuk tetap berada di wilayah middle class yang penuh persaingan. Kok Pien sendiri begitu stress dengan nilainya sehingga sempat berniat bunuh diri.

Visit RuG booth in Holland Education Fair 2006

Dear friends,

On behalf of the University of Groningen (“RUG”), the Netherlands, I would kindly like to invite you to visit the RUG booth at any of the Holland Education Fairs:

  • Tuesday 5 December in Surabaya, Surabaya Sheraton Hotel, 14:00 – 21:00
  • Thursday 7 December in Yogyakarta, Santika Hotel, 11:00 – 18:00
  • Saturday 9 and Sunday 10 December in Jakarta, Sultan Hotel, 11:00 – 18:00 on both days
  • Tuesday 12 December in Bandung, Hyatt Regency Hotel, 12:00 – 19:00

The University of Groningen will be present to provide you with information regarding our international study programmes and to answer any questions you might have about studying at our University. Alumni of RUG will be present to give you first-hand information about the Groningen Study Experience.

Jender dan Kinerja Perusahaan

Palmira P Bachtiar

Era globalisasi yang serba kompetitif menuntut dunia usaha memberi lebih banyak ruang bagi perempuan untuk berkarya. Pasar tenaga kerja, khususnya di kota-kota besar, makin diramaikan partisipasi perempuan.

Perempuan mulai mengejar ketinggalan, terbukti dari meningkatnya sarjana perempuan, khususnya dalam bidang ekonomi, bisnis, dan manajemen. Bukan itu saja, perempuan juga sudah menjadi konsumen utama berbagai produk konsumtif. Produk yang dulu hanya dikonsumsi laki-laki (motor, mobil) dan produk investasi (rumah, apartemen) sekarang dapat dibeli perempuan.

Jadi, perempuan adalah aset perusahaan sekaligus pangsa pasar yang diincar. Pertanyaan mendasar, apakah perusahaan memberi kesempatan perempuan meniti kariernya sampai ke puncak tertinggi? Dapatkah mereka duduk di jajaran pengambil keputusan seperti direksi dan komisaris?

Lagi, Pertumbuhan dan Kemiskinan

Harry Seldadyo

Diskusi lama tentang pertumbuhan dan kemiskinan dikuak kembali. Ini bermula dari pidato kenegaraan Presiden Yudhoyono di DPR tanggal 16 Agustus lalu yang menyebut penurunan kemiskinan dari 23,4 persen (1999) menjadi 16 persen (2005).

Kepada pers, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menegaskan kemiskinan pasti turun jika pertumbuhan semakin baik (Kompas, 19/8/2006). Namun, sejumlah pengamat meragukannya. Pasalnya, 16 persen bukanlah angka terbaru pascakenaikan harga BBM. Selain itu, angka pembanding lain, yaitu penerima BLT dan raskin, justru menunjukkan bahwa kemiskinan tak menyusut. Jadi, pertumbuhan 5-6 persen belakangan ini tak punya dampak serius bagi penciutan angka kemiskinan.

Jatropha oil: A promising, clean alternative energy

The Jakarta Post, 4 July 2006
by Yuli Tri Suwarni

Discovering an affordable and cleaner burning alternative energy source has long been the dream of industrial chemical engineer Robert Manurung.

Inspired by the difficulty of finding firewood in his hometown in North Sumatra, the 50-year-old native of North Tapanuli set out to find a cheaper energy source.

In the next six months, the Bandung Institute of Technology expert just might realize his dream. Oil produced by the castor-oil plant, known locally as pohon jarak (Jatropha curcas L), which Manurung has been studying for sometime, will on a trial basis replace diesel oil to generate electricity in East Nusa Tenggara.

His discovery, called Jatropha oil, was greeted with pessimism by several colleagues at the institute, some of whom said “it was nothing new”.