Setelah sukses menyelenggarakan Indonesian Dinner 29 November 2009 silam, kali ini PPIG bekerjasama dengan ESN mengadakan Indonesian Dinner part 2 kemarin siang di de Smidse. Sebelum hari-H tiket sudah terjual habis di markas ESN sebanyak 48 tiket dan bahkan beberapa masih mencoba untuk membeli tiket on the spot
Para tamu mulai berdatangan mulai pukul 17.00 dan langsung diterima oleh Aditya Hernowo (yang kebetulan hari itu dia juga berulang-tahun), dan setiap tamu dihadiahi dompet batik secara cuma-cuma oleh Adhi Wibawa. Dompet batik ini diterima sangat antusias oleh para tamu internasional yang membayar € 5 untuk acara perpaduan kuliner, budaya dan seni Indonesia ini.
Acara dibuka oleh host kocak Adhi Wibawa yang membuat suasana Indonesian Dinner menjadi lebih hangat dan penuh gelak tawa. Host dari Surabaya ini kemudian mempersilahkan duo penari Cendrawasih, Yuanita Christayanie dan Ratih Kusuma Dewi untuk menampilkan liukan-liukan anggun dan eksotis tari Bali ini. Para tamu tak segan-segan langsung mengeluarkan kamera, camcorder dan ponsel untuk merekam penampilan langsung yang disemarakkan dengan kostum tari pink-kuning serta mahkota ini. Tak sia-sia latihan duo penari itu yang telah dipersiapkan selama dua minggu sebelum hari-H.
Bapak Raymond selaku perwakilan dari KBRI turut mempromosikan program beasiswa bagi mahasiswa/i Internasional yang tertarik untuk kuliah di Indonesia, dan turut mengajak bule-bule ini untuk menghadiri acara Pasar Malam Indonesia yang akan diadakan awal April di Malieveld, Den Haag. Sementara beliau berpresentasi singkat, bule-bule ini juga ditemani oleh bala-bala di tiap-tiap meja.
Merangkak ke acara setelahnya, tim Karo ‘Tartar Bintang’ yang dikomandani oleh Mangara Silalahi turut mendapat sambutan meriah dari
para tamu. Tim yang terdiri dari 4 orang ini mempersembahkan 2 lagu awal yang mencengangkan para penonton serta penampilan ‘Tari Pembersih Jiwa’. Tim ini kemudian menemani para tamu yang sambil menikmati hidangan utama pukul 18.30.
Tim masak yang dipimpin oleh trio ‘Cendol Effect’ yaitu Inez Taniwangsa, Feri Kustanto serta Budi Annisa Sidi, menjamu para bule dengan sajian Ajam Goreng Boemboe Koening (10 kg!) , Kering Tempe (6 papan!) dan Nasi Oedoek (6.5 kg!) yang membuat lidah mereka menari-nari. Siapa yang mengira satu mangkok besar sambal ternyata habis disikat oleh para bule? Mereka juga tak luput untuk memuji masakan Indonesia dan bahkan beberapa dari mereka menanyakan resep sajian yang dipersiapkan mulai dari hari Sabtu ini. Selain trio “Cendol Effect’ ini, tim konsumsi juga diperkuat oleh Klara Kwantoro, Hesti Suarti dan Eisha Maghfiruha yang turut membantu mengolah resep 4 jam sebelum acara dimulai.
Sajian ditutup dengan Es Cendol yang sempat membuat tangan trio ‘Cendol Effect’ gemetaran setelah 2 jam gagal mencoba membuat cendol pada malam Minggu. Dengan bantuan sigap Fanny Lintong, sajian manis bersantan “ijo-ijo” ini akhirnya sukses menggoda lidah-lidah para tamu. Semua sajian sore itu juga ditata secara rapi berkat bantuan serving dish oleh Om Binsar dari Toko Semarang.
Tak berhenti di kuliner Indonesia, lagi-lagi para tamu diajak berpartisipasi untuk menari Poco-poco di depan ruangan.Tak ayal beberapa dari mereka antusias untuk belajar kilat tari asal Sulawesi ini. Beberapa dari mereka bahkan kemudian mempraktekkan kembali gerakan “line dance” ini seusai acara yang ditutup pukul 19.45.
Pada acara ini, seluruh tim Indonesian Dinner ini juga tak segan-segan untuk mengenakan kebaya dan baju batik tradisional sebagai upaya promosi kebudayaan Indonesia. Pada bagian penutup acara, panitia membagikan dua door-prizes berupa selendang batik. Acara pun selesai dengan meriah dan panitia langsung sigap membereskan tempat acara.
PPI Groningen mengucapkan terima kasih kepada seluruh kawan yang turut menyukseskan acara Indonesian Dinner part 2 ini serta mohon maaf apabila ada kesalahan serta keterbatasan tiket yang dijual.