Sebentar lagi kan 17 Agustus nih. Kalo ada yang lupa, 17 Agustus 1945 itu hari di mana bangsa kita menyatakan, memproklamasikan kepada dunia bahwa kita ini bangsa yang merdeka, bangsa yang tidak lagi dan tidak ingin lagi dijajah oleh siapapun. Konsekuensi dari pernyataan tersebut pada masa itu adalah, bangsa Indonesia, dengan segala upaya, harus membuat Jepang, Belanda, dan roommate-nya, Inggris, angkat kaki dari Indonesia. Tidak ada alasan untuk menunggu-nunggu suatu saat nanti Belanda akan melepaskan Indonesia, kita sudah menyatakan kita merdeka, kita harus meraih kemerdekaan itu dan membuktikan kepada dunia! Empat tahun Indonesia menghadapi serangan ‘full power’ dan ‘full arsenal’ dari Belanda dan Inggris. Apa yang kita punya saat itu? Senjata-senjata kita relatif insignifikan dibandingkan kekuatan musuh. Tapi dengan semangat dan dedikasi kolektif, di bawah pimpinan para panglima yang tangguh, seperti Pak Soedirman dan Bung Tomo, akhirnya kita sanggup juga membuat musuh angkat kaki dari Indonesia. Sekedar untuk mengetahui bagaimana bergolaknya semangat juang saat ini, teman-teman bisa meng-klik tautan ini yang berisi pidato Bung Tomo.
Nah, saat ini, 65 tahun sudah berlalu dari masa perjuangan itu. Banyak juga saudara-saudara kita yang masih bergulat dengan sulitnya hidup akibat kemiskinan, kebodohan, dan keterpencilan. Begitu banyak suara ketidakpuasan terhadap kondisi saat ini, terutama atas keadaan ekonomi dan pemerintahan. Selain itu makin banyak aksi unjuk rasa turun ke jalan yang kadang diiringi kekerasan. Mereka yang turun ke jalan sebagian beralasan karena di ‘rumah’ (baca: perwakilan rakyat) sudah tidak ada yang bisa diharap. Lalu, apa makna dari kemerdekaan yang telah susah payah diperjuangkan oleh para pendahulu kita?
Di sisi lain, banyak juga dari kita yang sudah bisa menikmati hidup yang bebas dengan nyaman, bisa sekolah bahkan sampai di Belanda sini. Kami optimistis bahwa teman-teman sekalian punya keinginan yang besar bagi Indonesia untuk maju. Kami yakin teman-teman sekalian pasti punya nasionalisme yang tidak bisa diremehkan. Kami yakin bahwa saat bendera merah putih berkibar saat Groenscup 2010 dan sebelumnya, saat Indonesia Raya dinyanyikan, ada suatu rasa kebanggaan yang berdesir dalam dada sebagai bangsa Indonesia.
Kali ini, PPI Groningen dan KBRI Den Haag, menawarkan kesempatan kepada kita semua untuk lebih ‘menyatakan’ rasa cinta kepada Indonesia, dengan cara bertukar pikiran untuk mencapai suatu sumbangan pikiran yang cerdas bagi negara kita. Kita memang tidak berada di level eksekutif pemerintahan untuk bisa langsung menentukan kebijakan ini dan itu, tapi setidaknya kita punya hak untuk menyampaikan pemikiran kita.
Karena itu, mari hadirilah beramai-ramai diskusi ilmiah dengan judul Suara dari Groningen Untuk Cita-cita Kemerdekaan Indonesia: Menilik Kembali Nasionalisme dan Pembangunan untuk Kesejahteraan.
Diskusi ini akan diselenggarakan pada:
Hari : Selasa, 17 Agustus 2010
Waktu : 16.30 – 22.00 CET
Tempat : Diumumkan kemudian
Narasumber :
1. Prof. Dr. Didik J. Rachbini : Dinamika strategi dan pilihan pendekatan pembangunan
2. Bpk. J.E. Habibie : Nasionalisme dulu, kini dan masa mendatang
Dan jangan lupa, acara akan dilanjutkan melepas dahaga dan lapar bersama (baca: buka puasa) yang pasti akan makin menyenangkan bila makin banyak yang datang. Selain itu, demi menonjolkan identitas kebangsaan, kami menghimbau rekan sekalian untuk mengenakan batik (bila ada). Silakan mengisi daftar hadir yang bisa diklik di tautan ini.
Jadi, luangkanlah waktu Anda untuk hadir, dan mari bersama bertukar pikir demi Indonesia yang lebih baik. Merdeka!
Foto: thepopism