Indonesian Dinner and Cultural Evening

Pengurus PPI Groningen 2006/2007 bersama Wings-ESN telah mengadakan acara Indonesian Dinner and Cultural Evening untuk international students di Groningen pada tanggal 18 Maret 2007 pukul 17.00 – 20.00 CET di GSp Building. Rupanya para international students ini sangat antusias dengan acara ini (semoga bukan karena aneka musibah yang menghiasi media tentang Indonesia akhir2 ini).

Sejak seminggu yang lalu 40 tiket-nya sudah sold out (kapasitas normal GSP building memang cuma 40 orang). Bahkan akhirnya dibuka 10 tiket tambahan untuk pendaftar on-the-spot. Walaupun cuaca kurang bersahabat dengan angin kencang dan hagelen (hujan es), tamu international students yang datang ternyata membludak sampe 54 orang. Di dalam acara ini ada presentasi tentang Indonesia, performance tari Piring dari Sumatera Barat, live singing dan menari Poco-Poco bersama para international students.

For your own good: Ulasan film Singapura “I not stupid”

Film ini bercerita tentang tiga anak berumur sekitar 10 tahun dalam sebuah sekolah single-sex di Singapura. Ceritanya dikemas dengan cerdas: alurnya logis dan kocak, pesannya padat dan bermutu. Ga heran dia bisa menang beberapa kategori dalam Festival Film Internasional. Berikut ini komentar saya terhadap film “I not stupid”. Silakan ditambahkan atau dikurangi kalau ada yang punya pendapat lain ya.

Setiap anak unik karena setiap keluarga juga unik
Tiga sahabat yang jadi tokoh film tersebut punya karakter yang unik, sangat erat kaitannya dengan latar belakang keluarganya. Boon Hock yang bukan hanya paling “pintar” tapi juga cool datang dari keluarga sederhana yang jualan makanan. Sehari-harinya dia dibiasakan bekerja di warung orang tuanya dan mengasuh adiknya. Walhasil, sifatnya juga satria (ga bergitar) dan cerdas secara intelektual dan emosi (angkanya 92/100). Terry datang dari keluarga super kaya, kecerdasan intelektualnya rata-rata (65/100). Terry adalah sosok anak yang super patuh dan selalu dikuliahi ibunya untuk tidak ikut campur .. “it’s not your business”. Walhasil, menjelmalah Terry menjadi anak pengecut dan cengeng. Kok Pin, dialah yang “stupid” dalam ukuran mainstream pendidikan Singapura. Angkanya yang selalu rendah bikin ibunya merasa tergelitik untuk ikut saran teman sekantornya: “rotan bisa mendongkrak kemampuan anak2”. Begitulah, Kok Pien akhirnya harus dipecut ibunya, itupun tetap tidak membantunya (nilainya 51/100). Ini karena bakat Kok Pien bukan pada ilmu mainstream (Bahasa Inggeris, Matematika, Science) tetapi justru karena bakatnya sebenarnya pada bidang seni yaitu melukis. Keluarga Kok Pien adalah middle class Singapura yang harus berjuang untuk tetap berada di wilayah middle class yang penuh persaingan. Kok Pien sendiri begitu stress dengan nilainya sehingga sempat berniat bunuh diri.

Movie Review 'I NOT STUPID' dan Social Gathering

Benarkah kesuksesan seseorang ditentukan oleh nilai akademisnya?
Benarkah kepandaian seorang siswa dapat diukur dari nilai matematikanya?
Apakah kata ‘pandai’ dan ‘bodoh’ benar-benar eksis di dunia pendidikan?
Apakah memarahi dan menghukum anak yang dicap ‘tidak pandai’ di sekolah dapat dibenarkan?
Apa bedanya bersekolah di Singapura dan di Indonesia?
? ? ?

Pengurus PPI Groningen 2006/2007 telah mengadakan acara ‘Movie Review and Social Gathering’ bersama rekan-rekan pelajar Indonesia di Groningen untuk turut berperan serta menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Acara ini diselenggarakan pada:

Hari : Sabtu
Tanggal : 10 Maret 2007
Jam : 11.00 – selesai
Tempat : Kediaman Keluarga Manurung, Kleine Sophiastraat No. 9 Groningen